Rabu, 20 April 2011

MIMPI DAN REALITA

Mimpi & Realita



MotivasiHidup.Tk - Dua hal yang sangat berbeda namun keduanya bukan merupakan hal yang terpisahkan..
Mungkin seseorang berpikir bahwa mimpi itu hanyalah suatu khayalan di dalam diri..
Dan sebuah fantasi yang menyenangkan bagi pikirannya..

Namun mimpi adalah awal dari suatu keinginan yang pasti..
Yang dapat merubah hidupmu untuk selamanya..
Tanpa mimpi..kau tidak akan mempunyai keinginan untuk merubah keadaan..
Tanpa mimpi..kau tidak akan mempunyai tujuan yang pasti di dalam hidupmu..

Mimpi adalah keinginanmu yang terpendam..
Mimpi adalah awal dari keinginanmu untuk bertindak..
Mimpi adalah suatu hal yang mampu untuk merubah keadaan..
Dan satu hal yang pasti..
Mimpimu dapat menjelma menjadi realita...

Namun untuk merubah mimpimu menjadi realita..
Ada jembatan yang harus kau lalui..
Jembatan itu adalah kemauan keras dari dirimu..
Kemauan keras yang tidak akan goyah..
Sekeras apapun angin bertiup dan badai menghadang..
Sederas apapun hujan yang tercurah dari langit..
Dan sekuat apapun gelombang pasang yang menghadang..
Semua itu tidak akan menggoyahkanmu..
Apabila kau mau untuk melewati jembatan itu..

Untuk merubah mimpimu menjadi realita..
Kau harus membayar harganya..
Kau harus berani untuk bertindak..
Dan kau harus siap tercabik-cabik dari duniamu yang selama ini kau nikmati..

Mungkin kau berpikir..
Hanya dengan sedikit tindakan dan keinginan di mulutmu..
Kau sanggup mewujudkan mimpimu..
Namun sesungguhnya hal itu adalah suatu kesalahan..
Karena tanpa melewati jembatan dan membayar harganya..
Kau tak akan mampu mengubah mimpimu menjadi realita..

Jika kau hanya berkata di mulutmu..
Namun kau tidak berani untuk bertindak dan membayar harganya..
Ketahuilah..
Mimpimu akan tetap menjadi harapan kosong..
Dan jalanmu akan tetap hampa untuk selamanya..
Karena jembatan yang harus kau lalui..
Dan harga yang harus kau bayar..
Adalah penghubung antara mimpi dan realita yang ada..
Yang sanggup untuk merubah segalanya..
Dan sanggup menjadikanmu menjadi pribadi yang lebih kuat..

Jembatan penghubung yang adalah kemauan keras dari dirimu..
Adalah hal yang harus kau lalui..
Dan tidak dapat kau hindari..
Memang untuk melewati jembatan itu..
Pastilah kau akan membayar harga yang mahal di dalam hidupmu..

Namun ketahuilah..
Ketika kau mau untuk melewati jembatan itu dengan sungguh-sungguh tanpa mengeluh..
Kau siap untuk merubah mimpimu menjadi realita yang akan mengubah hidupmu untuk selamanya..

KATEGORI UNSUR SEGMENTAL

Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat di bedakan: klausa verbal (klausa yang predikatnya berkategori verba). Sesuai dengan adanya tipe verba, dikenal adanya (1) klausa transitif (klausa yang predikatnya berupa verba transitif); (2) klausa intransitif (klausa yang predikatnya berupa verba intransitif); (3) klausa refleksif (klausa yang predikatnya berupa verba refleksif); (4) klausa resiprokal (klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal. Klausa nominal (klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal). Klausa ajektifal (klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase). Klausa adverbial (klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi). Klausa numeral (klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia).
Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor mempunyai klausa lengkap, sekurang-kurangnya ada unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja; konteksnya bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau juga topik pembicaraan.
Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Berkenaan dengan banyaknya jenis atau tipe verbal, biasanya dibedakan: (1) kalimat transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotrasitif, dan diikuti oleh dua buah objek kalau verba tersebut bersifat bitransitif. (2) kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak memiliki objek. (3) kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Verba aktif biasanya ditandai dengan prefiks me- atau memper- biasanya dipertentangkan degan kalimat pasif yang ditandai dengan prefiks di- atau diper- . Ada juga istilah kalimat aktif anti pasif dan kalimat pasif anti aktif sehubungan dengan adanya sejumlah verba aktif yang tidak dapat dipasifkan dan verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif (4) kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan. (5) kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan. (6) kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba.
Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat :
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran yang lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks. Biasanya kalimat terikat menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis.
Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa, sebab bisa dikatakan: kalimat minus intonasi sama dengan klausa; atau kalau dibalik; klausa plus intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalau intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.

MENGENAL KALIMAT EFEKTIF

MENGENAL KALIMAT EFEKTIF
Oleh: Jandrewico Simamora

Pernahkah di antara kalian ada yang tidak memahami penjelasan Bapak/Ibu guru ketika mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas? Pernahkah di antara pembaca yang tidak memahami sambutan Bapak RT dalam sebuah pertemuan? Kalau ya, itu disebabkan kalimat yang digunakan Bapak/Ibu guru kalian dan yang disampaikan pak RT tidak efektif. Lalu, bagaimanakah kalimat efektif itu? Bagaimanakah pula contohnya?
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menggambarkan secara lengkap dan tepat apa yang dimaksud oleh penutur kepada petutur. Secara tertulis, kalimat efektif ditandai dengan huruf besar di awal kalimat, dan di akhir kalimat ditandai dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya, di antara klausa kadang kala terdapat tanda koma, titik dua, tanda petik, dan sebagainya. Dalam bahasa lisan, kalimat diakhir dengan intonasi menurun pada kalimat berita, naik pada kalimat perintah langsung, dan panjang mendatar pada kalimat tanya.
Ciri-ciri Kalimat Efektif

a. Keutuhan : dalam bahasa tulis, ada unsur subjek dan predikat (gramatikal) pada kalimat intransitif, dan unsur subjek, predikat, objek pada kalimat transitif,
b. Pertautan : adanya hubungan yang erat antarunsur-unsur kalimat dan logis,
c. Keringkasan: menggunakan kata-kata yang benar-benar memiliki fungsi (diksi).
d. Ketepatan diksi: menggunakan kata yang tepat, sesuai, dan lazim.

Marilah kita perhatikan kalimat berikut!
a. Sebagaimana telah ditetapkan, para pengawas itu biasanya dilakukan dua kali seminggu.
b. Aspek yang lain yang perlu dipertimbangkan ialah segi hubungan masyarakat.
c. Secara jasmaniah orang itu bertubuh sehat dan kuat.
d. Saya sudah bilang bahwa kamu bisa mengerjakan soal itu.
e. Karena Anda tidak menuruti perintah saya di mana kamu tidak boleh mencontek, nilai kamu akan saya kurangi.
f. Saya ingin tetap menjadi juara. Dan saya harus selalu belajar dengan rutin.

Penjelasan
Kalimat (a) merupakan kalimat yang tidak jelas maknannya. Ketidakjelasan kalimat tersebut diakibatkan adanya unsur yang hilang sehingga mengganggu keutuhan kalimat. Apa yang dilakukan pengawas selama satu minggu? Selain itu, dalam kalimat tersebut terdapat penggunaan pilihan kata (diksi) yang mubazir. Kata “biasanya” merupakan kata yang tidak perlu adanya karena sudah ada frasa “sebagaimana telah ditetapkan”. Kalimat tersebut akan menjadi efektif apabila diubah menjadi:

Sebagaimana telah ditetapkan, petugas itu melakukan pengawasan dua kali dalam seminggu. Atau Sebagaimana telah ditetapkan, pengawasan dilakukan dua kali dalam seminggu.
Kalimat (b) juga kurang efektif karena adanya kemubaziran kata serta kekurangtepatan pilihan kata (diksi). Penggunaan kata “segi” tampaknya tidak diperlukan lagi karena telah terwakili oleh adanya kata “aspek”. Selain itu, penggunaan kata “ialah” juga kurang tepat. Kata ialah digunakan untuk definisi. Kalimat tersebut sebaiknya berbunyi:

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah hubungan masyarakat.
Bagaimana dengan kalimat (c)? Kalimat (d), dan (e) merupakan kalimat yang berbelit-belit sehingga dapat mengaburkan makna. Kalimat (f) maknanya kabur akibat kesalahan penggunaan tanda baca. Bagaimana yang efektif?

SASTRA DAN KONFLIK

Tentang Sastra dan Konflik (2)
Potret Kekerasan Negara terhadap Rakyat dalam Cerita Pendek Mutakhir di Aceh

Pengantar
Teks sastra merupakan pencerminan realitas sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Melalui karya sastra pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang dialami oleh sebuah masyarakat yang pengarang sendiri berada di dalamnya. Begitulah antara lain asumsi dasar yang dikembangkan oleh pendekatan sosiologis, salah satu pendekatan yang lazim digunakan dalam pengkajian teks-teks kesastraan (Semi, 1993; dan Sikana, 1986). Malah, Sikana (1986:107) menyatakan bahwa pendekatan sosiologis (sosiologikal) ini melihat konfrontasi dan pertikaian yang berlaku dalam masyarakat sebagai sumber inspirasi penulis. Penulis bertugas mencerminkan atau menggambarkan tentang peristiwa yang terjadi (di dalam masyarakat tersebut). Dengan demikian, karya sastra dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium penggambaran kondisi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu.
Tulisan ini mencoba menggunakan dasar-dasar pemikiran pendekatan sosiologis yang diuraikan di atas untuk memaparkan bagaimana refleksi kekerasan negara (baca: aparat negara) terhadap rakyat dengan berbagai eksesnya dalam cerita pendek (short story, cerpen) yang dipublikasikan melalui media
massa di Aceh. Tema ini menarik untuk dikaji karena hampir 90% karya sastra (prosa ataupun puisi) yang dipublikasikan di Aceh pada tahun-tahun terakhir ini bermuara pada persoalan tersebut. Di samping itu, tulisan ini diharapkan memberikan nuansa pemikiran alternatif pada peserta Dialog Utara VIII ini berkaitan dengan gejolak sosial yang terjadi di Aceh dalam tahun-tahun terakhir. Data tulisan ini didasarkan pada cerita-cerita yang dipublikasikan oleh harian Serambi Indonesia, Sebuah surat kabar yang diterbitkan di Aceh, dalam rentang waktu dua tahun terakhir (1998–1999).
Historical Background
Penerapan status “Daerah Operasi Militer” di Aceh (1989–1998) telah menimbulkan luka dan trauma yang amat mendalam bagi sebagian besar rakyat Aceh. Usaha pemerintah RI untuk meredam gejolak sosial yang berkepanjangan di Aceh melalui operasi tersebut ternyata harus dibayar mahal sekali. Data yang dikumpulkan oleh Al-Chaidar dkk. (1998:257) menunjukkan bahwa kasus tindak kekerasan dan orang hilang selama operasi tersebut berjumlah 1834 kasus. Tindak kekerasan ini cukup beragam, seperti penculikan, penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, sampai penembakan di depan anggota keluarga. Tempat penyiksaan dan ladang pembantaian, seperti Rumoh Geudong di Teupin Raya, Pidie, Bukit Tengkorak dan Bukit Seuntang, di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, menjadi saksi bisu berbagai peristiwa tersebut. Akhir 1998 status “Daerah Operasi Militer” untuk Daerah Istimewa Aceh dicabut. Pencabutan status tersebut ternyata menyisakan sejumlah persoalan lain dalam masyarakat Aceh. Cerpenis muda Aceh sebagai bagian dari warga masyarakat yang ikut serta merasakan, mendengar, membaca, dan mungkin menyaksikan secara langsung berbagai hal selama dan pasca-DOM mencoba merekam, mengimajinasikan, dan mengungkapkan kembali bagaimana kesewenang-wenangan itu terjadi dan bagaimana pula efek hal tersebut bagi aparat pemerintah, informan, dan rakyat kecil yang buta politik.

DOM dan Eksesnya dalam Cerpen Aceh Mutakhir
Kasus yang paling menonjol diangkat dalam cerpen mutakhir di Aceh adalah pembunuhan terhadap rakyat dengan tuduhan yang tidak jelas dan tanpa proses pengadilan resmi. Hal ini antara lain terungkap dalam cerpen Pada Suatu Malam, Pada Suatu Zaman, Farizal Sikumbang, Serambi Indonesia, 17 Januari 1999; Ruangan Maut, M. Rizwan Almadridi, Serambi Indonesia 3 Januari 1999; Desah dari Bukit Pembantaian, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 27 Desember 1998; Nyaklam, Naharuddin, Serambi Indonesia, 6 Desember 1998, dan Bayang-Bayang Mengejar, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 13 Desember 1998. Dalam cerpen Pada Suatu Malam, Pada Suatu Zaman diceritakan bagaimana Amran, seorang laki-laki paruh baya, mencoba kembali ke rumah orang tuanya untuk melepaskan kerinduan kepada ibu, isteri, dan dua anaknya yang masih kecil. Amran sudah tiga bulan meninggalkan desanya, bergabung dengan teman-temannya, para pejuang, di gunung. Dengan ragu-ragu ia mencoba mendekati rumah tempat ia dilahirkan. Ia khawatir kalau-kalau ada seseorang yang melihat kepulangannya dan melaporkan hal tersebut pada tentara. Ia tidak ingin rumah tempat ia dilahirkan mengalami nasib yang sama dengan rumahnya sendiri, dibakar oleh aparat. Ia juga tidak mau orang tua yang melahirkannya pun akan mengalami nasib yang sama dengan isteri dan anak-anaknya yang sudah tidak jelas di mana rimbanya. Setelah masuk ke rumah, Amran memeluk ibunya yang sudah tua, melepaskan kerinduan yang sudah lama menggumpal, dan memohon maaf karena sudah lama tidak menjenguknya. Dari pembicaraan dengan ibu inilah Amran mengetahui bahwa Korim, temannya telah tewas tertembak saat terjadi bentrokan dengan aparat pemerintah. Ia juga diberi tahu bahwa isterinya, Siti, sudah ditangkap oleh tentera dan saat ini sangat menderita di dalam penjara, sementara anaknya tidak diketahui di mana rimbanya. Amran marah mendengar penjelasan ibunya. Kemarahan itu semakin bertambah ketika sang ibu menceritakan bagaimana pemimpin negeri mulai murka sehingga mengirim ribuan tentara untuk menumpas mereka dengan cara yang amat keji. Cerita tersebut semakin memperkuat tekad Amran untuk kembali bergabung dengan teman-temannya, berjuang, untuk sebuah perjuangan yang tak akan pernah sia-sia. Saat malam telah larut Amran keluar dari rumah tersebut setelah mencium kedua tangan ibunya. Amran tidak menyadari bahwa tentara telah mengepung rumah ibunya itu setelah seseorang melaporkan kepulangan Amran itu kepada mereka. Tiba-tiba, di tengah terpaan angin malam yang semakin dingin, dan di depan mata ibunya sendiri, Amran jatuh bersimbah darah. Butiran peluru telah membuat Amran roboh dan menghadap Sang Khalik dengan sebuah keyakinan akan kebenaran jalan yang dipilihnya. Ibu Amran yang tidak menduga melihat kematian anaknya secara mengenaskan di depan matanya langsung pingsan tanpa mampu memberikan pertolongan pada anaknya. Gambaran kekerasan negara terhadap rakyat yang tak berdosa dalam versi lain diungkapkan dalam cerpen Ruangan Maut, M. Rizwan Almadridi, Serambi Indonesia 3 Januari 1999; dan Desah dari Bukit Pembantaian, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 27 Desember 1998; Dalam cerpen Ruangan Maut diceritakan bagaimana si aku sekali waktu berkunjung ke sebuah rumah yang pernah digunakan sebagai tempat penyiksaan dengan dipandu oleh seorang penduduk desa. Di tempat itu ia melihat bagaimana ceceran-ceceran darah kering masih menempel di lantai dan dinding. Ia juga melihat bekas-bekas tapak sepatu lars di setiap sudut dinding. Ia melihat sisa darah kental di dasar kotak besi ukuran dua kali satu meter. Ia juga melihat sebuah sumur tua yang airnya telah kehhitam-hitaman. Dari pemandu ia mendengar bagaimana rumah, kamar, kotak besi, dan sumur tua itu telah digunakan oleh aparat negara untuk menyiksa rakyatnya sehingga si aku hanya bisa diam membungkam sambil menyimpan sebuah dendam yang tak jelas untuk siapa. Selanjutnya, dalam cerpen Desah dari Bukit Pembantaian diceritakan bagaimana dialog yang terjadi antara malaikat dengan ruh penghuni Bukit Pembantaian. Cerita dimulai dengan penggambaran peristiwa yang dialami oleh tokoh aku (Nurdin) pada suatu malam. Ketika aku sedang bercengkerama dengan anak dan isterinya, pintu rumah mereka diketuk oleh seseorang. Ketika pintu dibuka, aku melihat seseorang berbaju loreng dengan wajah yang beringas. Sang tamu menghantam wajah tokoh aku, menjambak rambutnya, dan menyeret tubuhnya ke halaman rumah. Di halaman rumah itulah si aku diberitahukan bahwa ia bersalah karena telah melindungi, menerima, dan menjamu Usman, seseorang yang dikenal oleh si aku, pada suatu malam. Aku membela diri, tetapi pembelaan itu sia-sia saja. Penanya lalu menyuruh Sersan Parto, Sersan Gadang, dan Sersan Marga untuk mengurus si Aku. Ketiga sersan itu lalu menghajar si aku dengan berbagai kemudahan yang ada padanya hingga aku terkapar di tanah. Jeritan anak dan isteri si aku didiamkan oleh mereka dengan todongan senjata. Mereka lalu membawa si aku pergi dan tak pernah lagi kembali ke rumah. Ketika sampai di alam barzakh, si aku bertanya pada malaikat siapa sebenarnya yang disebut pemberontak, pengkhianat Pancasila, dan pelanggar UUD 1945. Penjelasan dari malaikat membuat aku dan rekan-rekannya lega karena mereka ternyata hanyalah korban kezaliman penguasa dan serdadu-serdadunya. Sisi lain kekerasan negara terhadap rakyat digambarkan dalam cerpen Nyaklam, Naharuddin, Serambi Indonesia, 6 Desember 1998 dan Bayang-Bayang Mengejar, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 13 Desember 1998. Dalam cerpen Nyaklam mencoba mengisahkan secara flashback bagaimana Nyaklam, seorang pemuda yang sebaya dengan tokoh aku, diadili oleh
massa, orang kampungnya sendiri, karena perilakunya yang tidak sesuai dengan perilaku anggota masyarakat lain secara umum. Nyaklam adalah teman sepermainan masa kecil si aku yang setelah tamat SMA terpaksa tinggal di desanya. Melalui surat-surat yang dikirimkan Nyaklam, aku mengetahui bahwa temannya, Nyaklam, telah bekerja sebagai informan, cuak, yang membantu tentara dalam proses penangkapan dan pembunuhan orang desa yang diduga pemberontak. Dengan penuh kebanggaan dan merasa diri pahlawan Nyaklam menceritakan perihal pekerjaannya itu pada si aku. Nyaklam bahkan mengajak si aku untuk bergabung dengannya bila si aku pulang ke kampung setelah kuliahnya selesai.
Ketika dominasi militer surut dan era reformasi terbuka, aku mendapat surat dari M. Yakob, temannya, yang meminta aku untuk pulang ke kampung karena penduduk kampung akan mengadakan pesta dengan Nyaklam. Dalam pesta itulah aku melihat bagaimana penduduk desanya: laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan teman akrab Nyaklam sendiri secara beramai-ramai menghakimi Nyaklam hingga ia mati di depan mata si aku. Aku hanya bisa diam seribu basa melihat perlakuan tersebut. Selanjutnya, dalam cerpen Bayang-Bayang Mengejar, Musmarwan menceritakan bagaimana Paijo, salah seorang anggota pasukan Baret Merah, dikejar-kejar oleh bayangan dirinya sendiri, dicaci, dan disumpali dengan berbagai kesewenang-wenangan yang pernah dilakukannya terhadap rakyat Aceh. Ia menembaki bayang-bayangnya dengan senjata M-16 yang ada pada dirinya, tetapi bayang-bayang tersebut terus mengejarnya sampai ke markasnya. Di markas Paijo menembaki tiga perwira yang sedang bertugas sehingga salah seorang di antara mereka mati di tempat. Dalam pelarian tersebut akhirnya Paijo sampai ke rumah sakit jiwa dan di tempat itu ia meraung-raung minta tolong. Hardikan dari pasien lain menyebabkan Paijo diam, menunduk, dan akhirnya diam tak begerak.
Pemilihan tema, tokoh, latar, dan peristiwa cerita dalam cerita-cerita di atas secara sepintas lalu terlihat faktual dan membumi. Tokoh Amran, ibu, Siti, dan seseorang dalam cerita Pada Suatu Malam, Pada Suatu Zaman merupakan realitas keseharian di bumi Aceh dalam sepuluh tahun terakhir. Amran hanyalah satu sosok di antara sekian ribu sosok orang Aceh yang terlanjur dicap sebagai pemberontak, anggota GPK, oleh penguasa. Pemberian cap tersebut tidak hanya berefek pada yang bersangkutan, tetapi juga pada ibu, isteri, anak-anak, dan harta benda mereka. Karena itu, seseorang yang sudah dicap pemberontak akan lari menyelamatkan diri ke gunung atau ke daerah lain (termasuk negara tetangga) dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di dada mereka. Hal seperti ini juga disinggung oleh Naharuddin dalam Nyaklam. Bila yang bersangkutan tidak dapat ditemukan, ibu, isteri, dan anak-anak mereka diancam, ditangkapi, dipaksa mengakui, diperlakukan secara tidak manusiawi, dan kalau perlu dibunuh secara biadab. Sebaliknya, bila yang bersangkutan ditemukan (dan biasanya berdasarkan informasi dari informan atau cuak) yang bersangkutan langsung dihabisi dengan berbagai modus operandi, termasuk menembak mati di depan ibu kandungnya.Itu sebabnya kaum ibu yang anaknya menjadi tertuduh tidak pernah merasa tenteram hidupnya. Mereka selalu dikejar bayang-bayang kematian yang tak jelas dari mana datangnya. Mereka juga harus siap menerima berbagai kemungkinan perlakuan lain dari aparat yang pada umumnya bukan orang Aceh [lihat, misalnya, tokoh Sersan Parto (Jawa), Sersan Gadang (Padang), dan Sersan Marga (Batak) dalam Desah dari Bukit Pembantaian, atau tokoh Paijo (Jawa) dalam Bayang-Bayang Mengejar]. Kesewenang-wenangan inilah yang melahirkan kebencian yang mendalam pada sebagian besar rakyat Aceh terhadap pemerintah, para serdadu, dan orang-orang yang membantu terjadinya kesewenang-wenangan tersebut. Hal itu ditambah lagi dengan berbagai bukti fisik berupa ceceran darah, sumur, kuburan massal, dan sebagainya yang dapat dilihat hingga hari ini. Kebencian akibat kesewenangan dan kebiadaban itu dapat dilihat pada sikap ibu Amran dalam Pada Suatu Malam, Pada Suatu Zaman atau pada sikap tokoh aku dalam cerita Ruangan Maut. Malah, dalam Nyaklam, orang desa (laki-laki dan perempuan, tua muda) secara bersama “berpesta”, menghakimi tokoh Nyaklam, pemuda Aceh, yang terlalu sombong dan bangga diri karena merasa telah membantu pemerintah dengan cara menjadi informan atau kaki tangan penguasa. Bagi masyarakat Aceh, Nyaklam adalah potret anak durhaka, anak yang rela membiarkan penduduk desanya dibunuh dan dikejar oleh aparat tanpa sebab yang jelas. Karenanya, orang desa tidak lagi menganggap Nyaklam sebagai bagian dari mereka. Nyaklam layak dibunuh untuk menjadi pelajaran bagi warga lainnya. Pada saat seperti ini, hubungan darah, suku, persaudaraan, atau pertemanan (frienship) tidak lagi menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan seseorang dari kematian. Sebaliknya, orang-orang yang dianiaya dan mati secara tidak wajar selama diterapkan DOM di Aceh dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang tidak bersalah, orang yang mati syahid (syuhada), dan karenanya ditempatkan di Syurga Allah. Hal yang terakhir ini antara lain terungkap dalam cerita Bayang-Bayang Mengejar atau dialog antara ruh Nurdin dan kawan-kawan dengan malaikat dalam cerita Desah dari Bukit Pembantaian.
Penutup
Kesewenang-wenangan pemerintah dan aparatnya selama diberlakukan status DOM dan pasca-DOM di Daerah Istimewa Aceh ternyata cukup dominan dikembangkan menjadi tema cerpen oleh cerpenis muda Aceh dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Di mata para cerpenis, kesewenang-wenangan tersebut mempunyai implikasi lain terhadap perubahan pola pandang dan perilaku orang Aceh terhadap pemerintah, para serdadu, dan orang-orang lain yang erat hubungannya dengan pemerintah. Kesewenang-wenangan ternyata menyebabkan timbulnya keresahan, kebencian, dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap orang-orang yang seharusnya melindungi mereka. Kesewenang-wenangan juga menyebabkan terjadinya perubahan pola pandang masyarakat Aceh dalam mengklasifikasikan mana kawan, mana lawan, mana pahlawan, dan mana pula bajingan. Hal ini barangkali merupakan salah satu faktor yang memicu tingginya eskalasi konflik dan gejolak sosial dalam masyarakat Aceh dalam tahun-tahun terakhir. Kekecewaan dan penderitaan ternyata tidak mungkin dipendam terlalu lama.
Ada saatnya semua hal itu dinyatakan secara eksplisit sehingga penguasa tahu ada langkah mereka yang tak benar pada masa yang lalu. Semoga kekecewaan dan penderitaan ini dapat kita rasakan bersama dalam kerangka persaudaraan bangsa Melayu, meskipun kita hidup di negeri yang berbeda. Semoga.


Rujukan:
Al-Chaidar, Sayed Mudhahar Ahmad, dan Yarmen Dinamika. 1998. Aceh Bersimbah Darah.
Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra.
Bandung: Angkasa.Sikana, Mana. 1986. Kritikan Sastera: Pendekatan dan Kaedah. Petaling Jaya: Penerbit Fajar Bakti SDN.BHD.
Cerita Pendek:Nyaklam, Naharuddin, SerambiIndonesia, 6 Desember 1998;Bayang-Bayang Mengejar, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 13 Des. 1998;Desah dari Bukit Pembantaian, Musmarwan Abdullah, Serambi Indonesia, 27 Desember 1998Ruangan Maut, M. Rizwan Almadridi, Serambi
Indonesia 3 Januari 1999;Pada Suatu Malam, Pada Suatu Zaman, Farizal Sikumbang, Serambi
Indonesia, 17 Januari 1999.

Senin, 18 April 2011

ILMU ALAMIAH DASAR

Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.

A. MANUSIA YANG BERSIFAT UNIK
Ciri-ciri manusia :
a. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya
b. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar)
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar
d. Memiliki potensi untuk berkembang biak
e. Tumbuh dan bergerak
f. Berinteraksi dengan lingkungannnya
g. Sampai pada saatnya mengalami kematiian

Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat hidup dengan lebih baik lagi. Akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat itulah sifat unik dari manusia.

B. KURIOSITAS ATAU RASA INGIN TAHU DAN AKAL BUDI
Rasa ingin tahu makhluk lain lebih didasarkan oleh naluri (instinct) /idle curiosity naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestaraian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman. Manusia juga mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan tetapi ia mempunyai akal budi yang terus berkembang serta rasa ingin tahu yang tidak terpuaskan.
Sesuatu masalah yang telah dapat dipecahkan maka akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya, manusia setelah tahu apanya maka ingin tahu bagimana dan mengapa.
Contoh : tempat tinggal manusia purba sampai manusia modern, contoh lain seperti penyakit setelah ditemukan obat suatu penyakit ada penyakit lain lagi yang dicoba untuk dicari obatnya (HIV AIDS)

C. PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau kenapa gunung meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)
Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu adalah :
a. Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
b. Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.
c. Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.
d. Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.
e. Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.
f. Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.
g. Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.
h. Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.
i. Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.
j. Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.


D. LAHIRNYA ILMU ALAMIAH
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan dimana tanggapan itu menjadi suatu pengalaman. Pengalaman yang diperoleh terakumulasi oleh karena adanya kuriositas manusia. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman akan bertambah terus seiring berkembangnya manusia dan mewariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Pertambahan pengetahuan didorong oleh pertama untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya kedua, dorongan praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Dorongan pertama melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science) sedang dorongan kedua menuju Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied Science)

E. KRETERIA ILMIAH
Pengetahuan masuk kategori Ilmu Pengetahuan, bila kriteria berikut dipenuhi yakni : teratur, sistemastis, berobyek, bermetoda dan berlaku secara universal.
Contoh: 1. logam yang dipanasi memuai, dimana saja tempatnya sama
2. Grafitasi Bumi.

F. METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA
Segala kebenaran dalam ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau prosedur ilmiah dapat sebagai berikut :
1. Penginderaan, merupakan suatu aktivitas melihat, mendengar, merasakan, mengecap terhadap suatu objek tertentu.
2. Masalah dan problema, menemukan masalah dengan kata lain adalah dengan mengemukakan pertanyaan apa dan bagaimana.
3. Hipotesis, jawaban sementara terhadap pertanyaan yang kita ajukan.
4. Eksperimen, dari sini ilmu alamiah dan non ilmu alamiah dapat dipisahkan. Contoh dalam gejala alam tentang serangga dengan lampu (sinar biru)
5. Teori, bukti eksperimen merupakan langkah ilmiah berikutnya yaitu teori. Dengan hasil eksperimen dari beberapa peneliti dan bukti-bukti yang menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan valid walaupun dengan keterbatasan tertentu. Maka disusun teori. Dengan teori-teori yang dikemukakan maka dapat diaplikasikan terhadap kebutuhan manusia seperti pengusiran serangga atau perangkap nyamuk (terkait dengan teori pencahayaan..\..\..\..\My ebook\harun yahya\Presentasi\Presentasi_harunyahya_eng\gecko_eng

G. KETERBATASAN ILMU ALAMIAH
Untuk itu perlu dilakukan pengujian sampai dimana berlakunya metode ilmiah dan dimana metode ilmiah tidak berlaku. Untuk itu kita perlu memperhatikan :
Pertama, Bidang ilmu Alamiah, yang menentukan bidang ilmu alamiah adalah metode ilmiah, karena bidang ilmu alamiah adalah wahana di mana metode ilmiah dapat diterapkan, sebaliknya bidang non ilmiah adalah wahana dimana metode ilmiah tidak dapat terapkan. Contoh hipotesa tentang keberadaan tuhan merupakan konsep yang tidak bisa menggunakan metode ilmiah dan apabila menggunakan konsep ini bisa menyebabkan orang Atheis.
Kedua, tujuan ilmu Alamiah, membentuk dan menggunakan teori. Ilmu alamiah hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara dengan kata lain untuk kebenaran sementara adalah "Teori". Karena tidak ada sesuatu yang mutlak tetapi terus mengalami perubahan (contoh teori tentang bumi ini bulat)
Ketiga. Ilmu alamiah dan nilai, ilmu alamiah tidak menentukan moral atau nilai suatu keputusan . Manusia pemakain ilmu alamiahlah yang menilai apakah hasil Ilmu Alamiah baik atau sebaliknya. Contoh penemuan mesiu atau bom atom.

H. FILSAFAT ILMU ALAMIAH
Yang menjadi objek I. A adalah semua materi dalam alam semesta ini. I.A. meneliti sumber alam yang mengaturnya. Pertanyaan tentang siapa yang mengatur alam ini merupakan pertanyaan filsafat. Untuk itu ada 3 pandangan tentang filsafat ilmu alamiah.
Vitalisme, merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan diluar alam. Kekuatan itu melikiki peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang terjadi di Alam semesta ini. (misalnya Tuhan). pendapat ini ditantang oleh beberapa orang lain karena dalam ilmu alamiah dikatakan bahwa segala sesuatunya harus dapat dianalisis secaras eksperimen. Atau harus cocok dengan metode ilmiah.
Mekanisme, penyebab segala gerakan di alam semesta ini dikarenakan hukum alam (misalnya fisika atau kimia). Faham ini menganggap bahwa gejala pada mahluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasar peristiwa fisika –kimia belaka. Pandangan ini menyamakan gejala pada mahluk hidup dengan gejala benda tidak hidup sehingga perbedaan hikiki tidak ada. Dengan begitu dapat menghayutkan manusia ke pandangan materialisme yang selanjutnya kepada Atheisme.
Agnotisme, untuk menghindari pertentangan vitalisme dan mekanisme maka aliran ini timbul, dimana aliran ini melepaskan atau tidak memperhatikan sisi dari sang pencipta. Mereka yang mengkuti aliran ini, hanya mempelajari gejala-gejala alam saja, aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan Barat.
Filsafat Pancasila, paham yang menjembatani dari 2 aliran yang menyatakan bahwa alam dan hukumnya terjadi karena ciptaan tuhan dan proses selanjutnya menurut filsafat mekanisme (hukum alam). Hukum alam adalah itu adalah sama dengan hukum Tuhan.Dapat dilihat dari kehidupan makhluk hidup dari awal sampai akhir.

I. BAHASA ILMU ALAMIAH
Adalah bahasa kesatuan yang utuh sebagai bentuk bahasa ilmu alamiah merupakan bahasa universal. Contoh : Air (Indonesia), Water(Inggris) bahasa ilmiahnya H2O

J. KETERBATASAN INDERA MANUSIA
Berdasarkan penelitian terhadap indera, manusia mempunyai kisaran (range) batas yang sangat terbatas
Penglihatan, terutama terhadap cepat atau lambatnya benda bergerak (riak air atau kecepatan cahaya, atau penglihatan kita sewaktu naik kereta api yang disampingnya terdapat pohon.
Pendengaran, manusia mempunyai kemampuan pendengaran dengan kisaran frekuensinya range 30 - 30.000 Hertz
Pengecapan dan pembauan, manusia selain mempunyai kemampuan tersebut juga mempunyai keterbatasan pembauan dan pengecapan terhadap benda yang ada dialam.
Indra kulit, manusia mampu membedakan antara panas dan dingin secara kasar, namun manusia mempunyai keterbatasan sehingga penginderaan sering menimbulkan salah kesan dan informasi, seperti perpindahan seseorang dari ruang panas ke dingin dibanding dengan orang yang berada diruangan yang tidak begitu panas.
..\..\..\..\My ebook\harun yahya\Presentasi\Presentasi_harunyahya_eng\the_truth
K. PENINGKATAN DAYA PENGINDERAAN
Peningkatan daya indra dapat dilakukan sehingga diperoleh hasil yang tepat dapat dilakukan dengan :
1. Latihan, contoh pengindraan tentang bau dan bunyi (kualitas minuman anggur, teh, alat musik)
2. Peningkatan Kewaspadaan, tingkat kewaspadaan sangat dipengaruhi oleh minat yang menyebabkan kesimpulan berbeda, dapat dilihat pendapat beberapa orang tentang satu etalase atau laporan dari kecelakaan dari beberapa orang.
3. Kalibrasi Instrumen (peneraan adalah membandingkan instrumen dengan standar yang ada.
4. Pengecekan, merupakan hal yang baik untuk menghindari kekeliruan.
5. Eksperimen, penginderaan dalam kondisi yang dikontrol dengan eksperimen kita mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat mempengaruhi terhadap suatu perubahan.
6. Penginderaan yang meliputi analisis dan sentesis, pengamatan terhadap bagian-bagian atau pengamatan secara keseluruhan.
7. Instrumen baru, bisa melakukan pengindraan baru. Seperti lie detector, Teleskop, satelit dll.
8. Pengukuran, merupakan ketrampilan tersendiri contoh dalam pembuatan mesin atau arsitektur.

L. PEMBAGIAN ILMU PENGETAHUAN
Berdasarkan beberapa argumentasi ilmu pengetahuan dibedakan atas :
a. Ilmu Pengetahuan Sosial, yakni membahas hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas :
1. Psikologi, yang mepelajari proses mental dan tingkah laku
2. Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan
3. Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan tingkah laku sosial
4. Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya
5. Sejarah, pencatatan peristiwa-persitiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa. Negara atau individu
6. Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara atau perusahaan.
7. Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi, institusi, perkembangan masyarakat.


b. Ilmu Pengetahuan Alam , yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya dan selanjutnya terbagi atas:
1. Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir
2. Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak..\..\..\..\..\tv\film-film\Unsur Kimia.mpg
3. Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
 Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
 Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
 Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup
 Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam mahkhluk hidup
 Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk hidup
 Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam
 Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis
 Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu..\..\..\..\My ebook\harun yahya\Presentasi\Presentasi_harunyahya_eng\The Collapse of Darwinism
c. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa dengan benda angkasa lainnya.
1. Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya meliputi dari ilmu kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa bumi), mineralogi (bahan-bahan mineral)
2. Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta yang meliputi bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat digunakan dalam navigasi, kalendar dan waktu..\..\..\..\My ebook\harun yahya\Presentasi\Presentasi_harunyahya_eng\EARTH

PENERAPAN KAJIAN SINTAKSIS

PENERAPAN MODEL KAJIAN SINTAKSIS WARRINER PADA BENTUK REDUNAN DAN SALINAN BAHASA BAWAAN: STUDI KASUS BAHASA BIMA DAN BAHASA INDONESIA.

Penerapan Model Kajian Sintaksis Warriners pada Bentuk Redunan dan Salinan Bahasa Bawaan: Studi Kasus Bahasa Bima dan Bahasa Indonesia

Abstrak: Model kajian sintaksis Warriners, terutama bagi bahasa yang bersifat redunan dan salinan bawaan pada bahasa Bima dan bahasa Indonesia dalam penganalisisannya tidak mengabaikan aliran struktur baik dasar maupun pendukung. Adapun hasil analisisnya bahwa model Warriner dalam sintaksis bahasa Indonesia adalah (1) satu model pilihan, terutama bagi cara menggambarkan kaitan kalimat inti dan perluasan secara bertahap, (2) Pembawaan redunan pada suatu bahasa berpengaruh pada seluruh tataran pembahasan, termasuk analisis tataran sintaksisnya, (3) Sekalipun pada dasarnya model Warriner dapat diterapkan pada analisis sintaksis BB, namun diperlukan pula beberapa modifikasi, terutama yang berhubungan dengan penyebutan ulang (copy) terhadap unsur pokok dalam kalimat BB, (4) Dalam beberapa hal, subjek BB cenderung ditempatkan pada akhir kalimat. Redunan unsur pokok, terutma S dan O agaknya sulit ditiadakan mengingat unsur redunan itu dapat menggantikan S atau O itu sendiri, dan (5) Paling tidak, ada kemungkinan penerapan model Warriner pada BB, yaitu mengumpulkan unsur utama dan copy-nya pada sebuah kotak, misalnya pada kotak S dan kedua dengan cara penyebaran copy iti pada posisi tempat ia menempel dengan tanda-tanda khusus.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran struktural sangat terpengaruh pada bidang linguistik. Aliran linguistik disebut juga sebagai aliran linguistik modern dengan beberapa ciri, yaitu pada tingkat bunyi bahasa mempersoalkan perbedaan bunyi bahasa, pada tingkat kata memperkenalkan istilah dan pengertian morfem yang berbeda dengan pengertian kata, pada tingkat kalimat membicarakan tidak didasarkan pada tinjauan filsafat, tetapi didasarkan pada tinjauan atas struktur dari sebuah kalimat, bahasa yang diselidiki adalah bahasa yang hidup, semua bahasa baik dan bermanfaat bagi penuturnya, mengabaikan nilai-nilai semantik dalam sebuah kalimat, dan perhatian kurang pada bidang perbandingan bahasa.
Bahasa Bima (BB) memiliki ciri spesifik antara lain sistem pengulangan unsur-unsur gramatis tertentu yang secara fisik mirip dengan ciri redunan. Di samping penunjukkan kembali unsur tersebut melalui penggunaan pronominal maupun bentuk ungkapan lain dalam beberapa hal terdapat pada bahasa Indonesia (BI) juga walaupun tidak sama persis.
Pengulangan dan tunjuk ulang itu wajib ada pada BB agar kesatuan makna gramatis dan rasa berbahasa terwujud. Dengan perkataan lain hal itu merupakan salinan wajib bawaan (onligate copy) pada BB. Hal ini masih perlu ditinjau pada BI.
Dikaitkan dengan analisis kalimat, gejala yang ada pada BB ini cukup menarik bukan hanya karena bertentangan dengan kaidah redunan yang sebaiknya dihilangkan. Karena itu, terdapat kesulitan menemukan teori analisis yang tepat untuk diterapkan pada BB maupun BI, sedangkan dalam BI agaknya tidak setegas pada BB.
Dalam hubungan dengan sifat bawaan BB ini teori analisis yang dicobakan adalah yang dikemukakan oleh Warriner dkk. yang masih bersifat struktural, namun memiliki kekhususan. Teori ini memandang kalimat seolah-olah sebuah garis lurus yang disekat menurut unsur-unsur utamanya dan memandang sisi sebelah atas garis itu sebagai tempat unsur gramatikal utama, sedangkan sisi bawah untuk unsur-unsur tambahan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini dapat diidentifikasi model kajian sintaksis Warriners, terutama bagi bahasa yang bersifat redunan dan salinan bawaan pada bahasa Bima dan bahasa Indonesia dengan tidak mengabaikan aliran struktur baik dasar maupun pendukung.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulisan makalah ini dapat dirumuskan, yaitu bagaimana penerapan model kajian sintaksis Warriners pada bentuk redunan dan salinan bahasa Bawaan ditinjau berdasarkan studi kasus bahasa Bima dan bahasa Indonesia?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan model kajian sintaksis Warriners pada bentuk redunan dan salinan bahasa bawaan ditinjau berdasarkan studi kasus bahasa Bima dan bahasa Indonesia.

II. PEMBAHASAN
A. Aliran Struktur

Perkembangan lebih lanjut menunjukkan bahwa teori struktural itu cukup penting dan lengkap sebagai usaha memahami struktur bahasa, termasuk sintaksis. O’Grady dan Dobrovolsky melengkapi beberapa ciri kajian ini, namun kemudian terjadi perkembangan yang beraneka, terutama ditinjau dari sudut pandang yang kurang sependapat bahwa struktur bahasa termasuk sintaksis tidak dikaitkan dengan semantik, penentuan ciri lain seperti peran, fungsi, kategori dan beberapa sudut pandang dari disiplin ilmu lain seperti pola pikirmatematis, nalar, rasional, dan komputerisasi ilmu bahasa.

Aliran struktur sangat terpengaruh pada bidang linguistik, malahan disebut juga aliran Linguistik Modern dengan beberapa ciri: (1) Pada tingkat bunyi bahasa aliran ini mempersoalkan perbedaan bunyi bahasa ada yang tidak berpengaruh bagi penentuan arti suatu kata. Yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok fonetik, termasuk juga varian-varian bunyi dari fonem. Sedangkan yang kedua, dinamakan kelompok fonem. Dengan demikian, maka muncullah untuk pertama kalinya istilah dan pengertian fonem yang berbeda dengan varian-variannya. Kedua hal itu tidak pernah dipersoalkan oleh aliran Neongramarian maupun yang sebelumnya. (2) Pada tingkat kata, aliran ini memperkenalkan istilah dan pngertian morfem yang berbeda dengan pengertian kata. Bagi aliran ini kata merupakan salah satu bentuk morfem. Pada masa sebelumnya, unsur bahasa di atas bunyi adalah kata saja. (3) Pada tingkat kalimat, pembicaraannya tidak lagi didasarkan pada tujuan atas struktur dari sebuah kalimat. Jadi, tidak lagi disinggung maslah subjek, predikat, dan keterangan. Kalimat atau sentence disingkat S dibentuk oleh dua unsur utama yaitu frasa nomina atau noun phrase disingkat NP dan frasa verbal atau verbal phrase disingkat VP. Dari kedua struktur itu dipecah sampai pada unsur sekecil-kecilnya, terutama pada level kata sehingga gambaran kalimat dapat dianalisis secara singkat dengan skema S=kalimat, NP=noun phrase, dan VP= verbal phrase. VP V=NP (VP dipecah menjadi V dan NP), NP Adjective + Noun (NP dipecah menjadi Adjiktif dan Noun), V Adverb. + Verb (Verba dipecah menjadi Adverb dan Verba).

Contoh kalimat Mad dogs savagely bite innocent strangers, dapat dianalisis sebagai berikut.
S
NP VP
Adj N Adv V
NP
Adj N
Mad dogs savagely bite innocent strangers
(4) Bahasa yang diselidiki adalah bahasa yang hidup atau bahasa yang sedang digunkan oleh masyarakat penuturnya, berbeda dengan masa sebelumnya yang meneliti bahasa naskah (bahasa mati). (5) Aliran ini mengakui bahwa semua bahasa baik dan bermanfaat bagi para penuturnya. Pada masa sebelumnya bahasa yang baik hanya bahasa Latin dan Romawi, atau keturunannya. (6) Aliran struktural cenderung mengabaikan nilai-nilai semantic di dalam sebuah kalimat. (7) Perhatian pendukung aliran struktural sangat kurang pada bidang perbandingan bahasa.
Aliran struktural terbagi atas struktur mentalistik dan struktural behavioristik dengan beberapa perbedaan. (1) Mentalistik: a) Tentang teori mempelajari dan menguasai bahasa menurut Ferdinand de Saussre melalui tori penguasaan konsep (c) menuju kepada perlambangan bunyi bahasa atau sound image (s), dan bisa juga proses sebaliknya. Penguasaan melalui jalur c dinamakan penguasaan pasif. Oleh karena itu, teori ini dinamakan juga teori belajar dan menguasai bahasa secara kejiwaan aktif. b)hakikat bahasa dapat ditinjau dari kenyataan penggunaan tuturan para pemakainya yang relatif lebih bebas dan dapat juga ditinjau dari segi norma yang relatif agak terikat pada satu bahasa. Yang pertama disebut la parole sedangkan kedua la lague. c) Ferdinand de Sausure membedakan dua macam penelitian bahasa, yang pertama disebut penelitian diakronis dan kedua sinkronis. Penelitian sinkronis menurut de Saussure harus didahului oleh penelitian diakronis. Penelitian diakronis menjurus ke arah penentuan pengelompokkan bahasa secara genetis, sedangkan penelitian sinkronis menuju kepada pembahasan bahasa menurut apa adanya. Pendukung Ferdinand de Saussure diantaranya Turbetzkoy, Jacobson, van Wijk, dan Andre Martinet. (2) Behavioristik. a) Aliran ini sangat dipengaruhi oleh aliran behaviorisme dalam lingkungan ilmu jiwa, terutama yang dikembangkan Pavlov dan Skinner. Pavlov melakukan percobaan dengan seekor anjing dan skinner dengn tikus, tetapi keduanya menghasilkan simpulan yang hampir sama bahwa sistem belajar manusia (seperti juga yang terjadi pada binatang percobaan) adalah melalui stimulus (S) dan respon (R) yang berakhir dengan kebiasaan. Oleh karena itu, teori ini dinamakan juga dinamakan teori belajar secara kejiwaan pasif. b) tentang makna kata, bukan ditentukan oleh fungsinya secara subjek, predikat, dan sejenisnya, tetapi ditentukan oleh konteks kalimatnya. c) Bloomfield memperkenalkan sistem penentuan fonem melalui pasangan minimal bagi kata-kata mirip dengan sistem perbedaan distribusinya apabila kata itu tidak mempunyai pasangan minimal. Contoh minimum pairs: a-p-a dengan a-p-i. Contoh melalui perbedaan distribusi: s-u-s-u dengan u-s-u-s. Pendukung aliran behavioristik antara lain L. Pike , Eugen Nida, Z. Harris, dan N. Chomsky. Kedua terakhir ini menimbulkan aliran baru yang dikenal dengan aliran Transformation Generative Grammar (TGG).
B. Struktur Dasar dan Pendukung
1. Struktur dasar sintaksis, yaitu Frasa Nomina (NP) dengan Frasa Verb (VP). Struktur dasar itu didukung oleh struktur-struktur pelengkap yang dikenal dengan istilah kategori atau kelompok jenis kata yang dibagi atas kategori mayor dan minor. Kelompk mayor, yaitu leksim-leksim kata benda ( Noun), kata kerja (Verb), kata sifat (Adjektif), kata keadaan (Adverb). Kelompok minor, yaitu leksim-leksim kata penentu (diterminant), kata kerja bantu (auxialary verb), kata depan (preposition), kata ganti (pronoun), dan kata hubung (conjunction).

2. Selain kategori kata, di dalam kalimat dijumpai juga kategori frasa, atau kelompok kata ada yang bergantung dengan kata benda disebut frasa benda (noun phrase), seperti the controversial book, kelompok kata yang bergantung dengan kata depan (preposition phrase), seperti in the park. Kelompok kata yang bergabung dengan kata kerja (verb phrase), seperti dropthe ball; dan kelompok kata yang bergabung dengan kata keadaan (adverbial phrases), seperti very quickly. Semuanya bervariasi berdasarkan pasangan kata yang bergabung.
Contoh: NP the student terbagi atas Ket + N sehingga ditulis dalam diagram phon the conterversial book itu sebagai berikut:
NP NPDel N Des Adj N
The student The Contoversial book
{NP[the Des the] [N student] [ND[Del the] [Adj Center] [N book]}
3. Terdapat juga struktur intermediate, yaitu dikenal dengan istilah N (N bar) N yang lebih kecil dari NP. Contoh leksikal one lebih kecil dari misalnya book about Australia dalam kalimat: The book about Australis is longer that one.
4. Kadang-kadang dijumpai juga frasa bentuk lain misalnya frasa Adj yang digabungkan dengan cirri spesifik dari adj tersebut.
Contoh: very intelligent yang diagram pohonnya:
Adj P
Spec Ag
Verry intelligent
{AdjP[spec very] [Adj Intellegent]}
5. Pada dasarnya setiap bahasa memiliki kemampuan membentuk struktur kalimat dengan struktur pendukung terbatas dan dengan unsure pendukung yang lebih panjang atau lebih banyak. Kaidah ini merupakan salah satu kaidah dalam tata bahasa Transformasi semantic yang dikenal dengan istilah recursion. Contoh dengan pendukung terbatas. This book on the shelf. Contoh dengan pendukung lebih luas This book on the shelp in the corner…dsb.
6. Dalam beberapa hal dijumpai juga struktur sintaksis yang membingungkan, misalnya fast cars an motorcycles merupakan FN, tetapi penjabarannya dalam diagram pohon dapat berbeda sebagai berikut.
a. NP b. NP
Adj N NP C NTP
N C N Adj N N
Fast Cars and motorcycle fast cars and motorcycle Jadi, struktur kalimat (S) membawahi NP dan VP dan S sendiri titik penguasaan atas NP dan VP bersaudara. NP sendiri sebuah titik penguasaan bagi diterminasi Det dan N. VP sebuah titik penguasaan yang meliputi V, NP, dan PP sebagai bersaudara di bawah VP. Hal ini merupakan rincian diagram akhir struktur murni.
7. Struktur kalimat menurut tata bahasa generatif, terutama bagi kalimat iversi, kalimat tanya yes dan no dirinci sebagai berikut.
S NP (M) VP
NP (Del) (Adj) N (PP)
VP V (NP) (PP)
PP P NP



Contoh: Will Tiffany learn?
8. Pemahaman struktur dalam dan struktur luar kalimat dapat memungkinkan analisis kalimat model pulau/pulau-pulau yang dikelilingi oleh air laut yang dikenal dengan istilah analisis of sentences structure. Pada pola ini terdapat dua buah S yaitu S bar (S dan S) sebagai kalimat utama. Contoh struktur dalam: {S[S the votes would choose who]}.
Contoh struktur luar: {who [S would the voters choose]}.
9. Kajian struktur sintaksis di Indonesia belum banyak memanfaatkan model kajian mutakhir, tetapi lebih cenderung menggunakan kajian tradisional yang diperkaya dengan sudut-sudut pandang filsafat, fungsi, jabatan, dan pernan unsure pembentuk kalimat seperti yang dikemukakan oleh Verhaar yang menggambar skema kalimat sebagai tiga kotak kosong.
Kotak ini bermakna dan berfungsi setelah diisi oleh jenis kata, fungsi, dan peranan gramatikal.
10. Sehubungan dengan itu, dalam pembahasan ini akan diulas model kajian Warriners, terutama bagi bahasa yang bersifat redunan dan salinan bawaan. Model kajian Monteque dari sudut pandang logika matematika, model kajian tata bahasa kasus, dan kearah pendekatan sintaksis.
C. Redundan
Istilah redunan (redundant) sering digunakan pada pembahasan tingkat fonologi/fonetik dalam hubungan dengan penentuan ciri pembeda dan kelasnya baagi setiap fonem (distinctive feature and natural classes). Penentuan ciri kentara dan tersembunyi dilakukan dengan cara memberi tanda positif (+) dan tanda negative (-). Tanda-tanda ini bersifat oposan. Karena itu, disebut juga ciri-ciri binary (binary distinctive feature).
Menurut Chomsky dan Halle ada tiga puluh enam ciri pembeda yang dapat muncul pada bunyi bahasa manusia, tetapi oleh Sloat, Taylor, dan Hoard hanya dibahas enam belas buah, yaitu (1) consonantal (+/-), (2) sonoran (+/-) bersifat nasal dan likuida, (3) silabik (+/-) berciri vocal, (4) tinggi (+/-), (5) rendah (+/-), (6) belakang (+/-), (7) bundar (+/-), (8) obstruent (+/-) terhambat, (9) strident (+/-) intensitas dan frekuensi tinggi (nyaring), (10) terbagi (+/-), (11) nasal (+/-), (12) lateral (+/-), (13) bersuara (+/-), (14) tens (+/-) muskuler (kuat), (15) coronal (+/-) daun lidah, dan (16) anterior (+/-) rongga hidung.
Pada dasarnya ciri-ciri itu hanya ada tiga kelas utama: (1) + consonantal, yaitu ciri yang dihasilkan oleh kerjasama antara daerah artikulasi dan titik articulator yang menghasilkan konsonan murni stop, frikatif, nasal, lateral, dan tril); (2) + soronant yaitu ciri yang terjadi karena bergetar selaput selaput suara yang menghasilkan semua vocal dan sebagai konsonan seperti glide, nasal, lateral, dan r; (3) + syllabic yaitu cirri yang dapat mendominasi silabi (umumnya vocal).
Contoh penentuan ciri binary sebagai berikut.
Consonantal Sonorant Syllabic
Liquids & nasals + + -
Vowels - + +
Glides - + -
Obstruents + - -
Ketiga kelas ciri tersebut dilengkapi dengan high, low, back, dan rounded sehingga terjadilah ke-16 ciri di atas. Perlu dijelaskan bahwa daerah cirri-ciri anterior dan coronal itu secara singkat sebagai berikut. (a) + anterior berada pada daerah bagian rongga hidung dari arah depan sampai pertengahan, sedangkan –anterior dari pertengahan sampai tenggorokan. (b) + coronal terletak antara ujung lidah sampai pertengahan lidah, sedangkan –coronal dari ujung lidah sampai ujung bibir dan dari tengah lidah sampai tenggorokkan.
Tidak perlu semua ciri dikemukakan kalau sebuah cirri sudah terkandung di dalam cirri yang sudah ada. Memaksakan pencantuman ciri yang sudah terkandung menimbulkan redunan (mubazir). Redunan artinya ciri fonem yang dapat diduga /diketahui walaupun terucapkan karena kaidah implikasional (redundant, predictables, feture, values are not listed but are understood to be present because of implication rules). Atau istilah lainnya adalah super fluous, superabundances, unnecessary repetition ecp. of words, or an instance of this. (the Lexion Webster Dictionary, 1987). Contoh fonem /c/ berciri utamanya +strident (+Str.) berarti pasti tidak berciri nasal (-ns). Jadi ciri –nas tdak perlu dicantumkan atau juga fonem /n/ bersifat nasal (+nas) pasti juga mempunyai cirri sonorant (dengung) atau +son. Ciri-ciri ini dapat kita jumpai pada semua bahasa dan tidak hanya pada tataran fonologi tetapi juga pada tataran yang elbih besar (morfologi dan sintaksis) seperti dikemukakan beberapa ahli berikut ini.
Hartman dan Strok, 1973 mengemukakan bahwa redunan itu sebagai informasi melebihi kebutuhan minimal. Contohnya It was terrible, dreadful awful. Sanders (dalam Moravesik, 1980:242) merumuskan redunan itu sebagai (A=A, B, B adalah suatu unsure yang sama dan memantapkan A). Pendapat Sanders ini mirip dengan Cooper dalam sumber yang sama dengan Doroty, 1979 dalam Safir, 1985:95. demikian juga Kempson, 1986:92. Ia memberi contoh: Jhon killed Bill but he was not cause of Bill’s deth adalah redunan karena bagian kedua dari kalimat itu sama dengan but didn’t die. Dari sudut pandangan ini terlihat bahwa redunan itu agak “negative”. Karena itu, para ahli cenderung berpendapat bahwa setiap redunan ditiadakan.
Namuan dalam beberapa hal, redunan diperlukan terutama untuk mengatasi ketaksaan kalimat atau pernyataan seperti dikemukakan oleh Bauer, 1987:95, Levinson, 1987:120; Bolinger, 1975:180 yang mengemukakan redundancy or the amount of explicitness needs to avoid ambliguity.
D. Redunan dan Salinan Bawaan Bahasa Bima
Contoh kalimat BB sebagai berikut.
No. Kalimat BB Arti sebenarnya
1 Namburira rare Padi berbulirlah
2 Doho! Duduk!
3 Nana sesi nawancuku ngango elina angi. Angin kalau kencang ribut bunyinya.
4 Ede, nambotoku masala taake. Aduh, banyak masalah di sini.
5 Tapiada take ita, Elo. Tuan Ali, (silahkan) pindah ke sana.
6 Halimah ededu ana dou malonga. Halimah hádala anak yang pintar.
7 Welina mbege labo jimba siadoho. Mereka membeli kambing dan domba.
8 Colana di nahu dua riwu rupia sia. Dia membayar lepada saya dua ribu rupiah.
9 Kone sakali watipu radahuna nuntu ese panggo na loa lampa cari dou mantanda kai nuntu
maponco-ponco la Dola. Si Abdullah walau hanya sekali Belem pernah gentar berbicara di atas panggung dan selalu bisa menjadikan penonton tertawa dengan pembicaraan yang lucu-lucu.
Untuk BB, arti-arti sesungguhnya dari kalimat-kalimat di atas, diawali dengan urutan arti unsur subjek, padahal menurut konstruksinya unsur objek itu terletak pada akhir kalimat, kecuali kalimat nomor enam yang merupakan kalimat pembatasan, kenyataan ini menunjukkan bahwa salah satu ciri bawaan BB hádala menempatkan subjek pada akhir kalimat.
Hal ini erat hubungannya dengan sifat redunan dan salinan bawaan. Di samping itu, kalau diperhatikan lebih cermat struktur dan konstruksi pendukung kalimat, agaknya masih ada arti lain yang tersembunyi. Berikut ini analisis dari segi morfosintaksis BB.
No. 1 {na + mburi + ra} fare
dia berbulir lah padi
No. 2 Doho (nggomi) Duduk (kamu)!
No. 3 {Na+ naqe + si } { na + wancu + ku} ngango
Dia besar kalau nya sangat alngkah ribut
{eli + na} {biasa + na} angi.
bunyinya biasa nya angin.
No. 4 Ede { na + mboto + ku} masala taake.
Aduh dia banyak alangkah masalah di sini.
No. 5 Ita {ta + pinda} taaka Elo
Tuan penanda hormat pindah ke sana Ali
No. 6 Halima ededu ngara dou siwe
Halimah hádala nama orang perempuan.
No. 7 {Heli + na} mbeqe labo jimba siadoho.
Beli nya kambing dengan domba mereka.
No. 8 Dua riwu rupia {cola + na } di + nahu sia
Dua ribu rupiah bayar nya pada saya dia
No. 9 Kone sakali watipu {ra + dahu + na} nuntu
Walaupun sekali belum pernah takut nya berbicara
ese panggo labo {na + loa + mpa
di atas panggung dia biasa saja
{ka + hari} dou {ma + ntanda} kai
menjadikan tertawa orang yang menonoton dengan
nuntu { ma + ponco-ponco} la Dola.
pembicaraan yang lucu-luco si Abdullah.
Terlihat bahwa kalimat BB di samping didukung oleh unsur-unsur fungsional utama yang dituntut oleh ketentuan gramatikal (S,P,O,K) juga didukung oleh unsur copy dari unsur utama itu Copy itu menurut native speaker BB tidak dapat ditiadakan karena dapat mengubah pengertian kalimat atau paling sedikit menimbulkan kejanggalan perasaan dalam kalimat.malahan dalam beberapa hal, terutama dalam situasi normal penghilangan unsur utama, terutama subjek biasa terjadi. Itulah sebabnya subjek dapat berada pada akhir kalimat, seperti pada contoh kalimat satu.
Proklitik na- pada namburira adalah copy dari fare ‘padi’ (subjek). Unsur na- itu tidak dihilangkan karena mburi fare bermakna ‘bulir padi’, sedangkan yang dimaksud adalah ‘padi berbulirlah’. Sebaliknya fare ‘padi’ bias tidka usah disebut karena sudah diketahui. Perlu dijelaskan bahwa BB termasuk bahasa yang minim afiks. Makna afiks terkandung pada kata/bentuk dasar setelah berada dalam bentuk konteks.
Sekarang timbul persoalan. Menurut toeri redunan di atas, sesuatu yang sudah terkandung pada ciri utama dicantumkan lagi agar tidak redunan. Dalam hal ini, menurut ketentuan gramatikal, subjek dalam sebuah kalimat termasuk unsur utama, sedangkan copy-nya tidak. Jadi, seharusnya copy itulah yang harus dihindari, sedangkan dalam BB hal itu seabliknya. Hal inilah yang dimaksud dengan salinan ulang atau “copy” dalam BB.
Pada kalimat No. 2 tidak terjadi redunan. Redunan lain terlihat pada kalimat no. 3 terdapat redunan subjek, kalimat no. 7 dan 8 terdapat redunan subjek pada posisi enklitik, kalimat n0 5 dan 6 terjadi redunan subjek tidak dalam bentuk klitik pronominal, tetapi dalam bentuk aposisi. No. 5. ita ’tuan’ dan Elo ’Ali sebagai subjek’. No. 6 Halima dan dou malonga ’orang yang pintar’ (S). Kata edeDu ’adalah’ yang terdapat pada klaimat no. 4 pada umumnya tidak pernah dipakai kalau bukan merupakan penegasan. Jadi, yang memenuhi ketentuan menghindar redunan itu adalah kalimat-kalimat no. 4 ini kalau eduDu dibuang. Hal ini sesuai pula dengan sifat bahasa Austronesia yang tidak mewajibkan pemakaian kopula sebagaai predikat dalam kalimat.
Kalimat itu menjadi sebagai berikut no. 4 Halima…anadou malonga ’Halimah anak pintar’. Kalimat no. 3 agak sulit menganalisisnya karena di sini terjadi redunan beberapa kali, yaitu pada kata-kata na + nage + si dia besar kalau; na + wancu + ku dia besar alangkah; elina + bunyinya; biasana biasanya; angi angin (sebagai subjek asli). Jadi, di sini terjadi lima kali penyebutan subjek.
Secara lengkap kalau kalimat itu disusun ulang sebagai beikut.
No. 3 {Na+ naqe + si } { na + wancu + ku} ngango
dia besar kalau nya sangat alngkah ribut
{eli + na} {biasa + na} angi.
bunyi nya biasa nya angin.
Sifat-sifat spesifik seperti pada BB di atas sedikit banyak menimbulkan kendala bagi kegiatan analisisnya pada tataran sintaksis. Namun demikian, tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan pola analisis yang diperkirakan dapat dipakai sebagai pasangan dasar, walaupun tidak seluruhnya. Salah satu pola atau model yang akan dicobakan adlah model Warriner et.al. yang beberapa ahli yang lain disebutkan sebagai Red and Kellog Daigram.

E. Anailisis Kalimat Model Warriner
Model analisi kalimat itu cukup banyak versinya. Agar mudah memahaminya, analisis berikut ini dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Pertama analisis model tradisional dan kedua analisis struktural. Yang terakhir ini terbagi lagi atas struktural versi Eropa seperti analisis kasus dan beberapa bentuk lain. Kemudian analisis versi Amerika seperti yang dilakukan oleh Bloch, Hockett, Weils, Harris, dan Chomsky.
Model Warriner menurut negaranya termasuk aliran struktural Amerik.

Kata-kata bijak

Motivation is like taking a bath; if you stop doing it, you begin to stink.

Motivasi itu seperti mandi; kalau Anda berhenti melakukannya maka Anda akan "melempem" lagi, sama seperti Anda akan bau lagi bila berhenti mandi.
~ Z ig Ziglar ~

Be miserable. Or motivate yourself. Whatever has to be done, it's always your choice.

Anda mau terus bersedih dan berputus asa, atau memotivasi diri Anda sendiri, semua terserah Anda. Apapun yang harus dilakukan, itu selalu menjadi pilihan Anda sendiri.
~ W ayne Dyer ~


Successful people live well, laugh often, and love much. They've filled a niche and accomplished tasks so as to leave the world better than they found it, while looking for the best in others, and giving the best they have.

Orang-orang yang sukses hidup dengan lengkap. Mereka bahagia dan penuh rasa syukur dan cinta terhadap segala sesuatu dalam kehidupan mereka.
Mereka sudah menemukan tujuan hidup mereka dan menunaikan misi mereka di dunia ini dengan baik, sehingga dunia ini menjadi tempat yang lebih baik dari pada ketika mereka belum datang.

Dunia menjadi lebih baik karena orang-orang yang sukses ini selalu melihat potensi terbaik dalam diri semua manusia di sekitar mereka, dan mereka selalu memberikan yang terbaik pula yang mereka punya kepada dunia.
~ R alph Waldo Emerson ~


It is literally true that you can succeed best and quickest by helping others to succeed.

Ini adalah sebuah kebenaran bahwa Anda bisa sukses luar biasa dengan cepat bila Anda membantu orang lain untuk juga merasakan sukses.
~ N apoleon Hill ~


There is always the danger that we may just do the work for the sake of the work. This is where the respect and the love and the devotion come in - that we do it to God, and that's why we try to do it as beautifully as possible.

Ketika kita bekerja atau melakukan segala sesuatu, kita bisa dengan mudah terjebak ke dalam situasi di mana aktifitas itu hanyalah sebuah rutinitas.
Karena itulah, kita harus selalu memasukkan rasa hormat kita, rasa syukur kita, pengabdian dan rasa cinta kita terhadap Tuhan yang telah memberi kita kesempatan melakukan pekerjaan tersebut.

Dan karena pekerjaan tersebut kita lakukan untuk menunjukkan semua perasaan tersebut kepada Tuhan, bahwa pekerjaan tersebut pada hakikatnya adalah sebuah bentuk ibadah kita kepada-Nya, maka kita pasti akan melakukannya dengan segenap kemampuan kita, sebaik dan sesempurna mungkin.
~ M other Teresa ~


If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets as Michelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, here lived a great street sweeper who did his job well.

Seandainya pun seorang manusia ditakdirkan untuk menjadi seorang tukang sapu jalan, hendaknya dia menyapu jalan sesempurna Michelangelo ketika melukis, seindah Bethoven ketika menciptakan musiknya, dan seagung Shakespeare ketika menuliskan puisi-puisinya.

Dia harus menyapu jalanan dengan begitu baiknya sehingga semua yang di langit dan di bumi ini ibaratnya terhenti untuk mengagumi dedikasi dan karyanya. "Di sana ada seorang tukang sapu yang mengerjakan semua pekerjaannya dengan luar biasa."
~ M artin Luther King ~


Life is a promise; fulfill it.

Hidup ini adalah sebuah janji kita kepada Tuhan. Janji kita untuk menjadi yang terbaik dan melakukan semuanya sebagai sebuah ibadah kepada-Nya. Karena itu penuhilah janji tersebut.
~ M other Theresa (1910-1997) ~


Success is a state of mind. If you want success, start thinking of yourself as a success.

Sukses bermula dari pikiran kita. Sukses adalah kondisi pikiran kita. Bila Anda menginginkan sukses, maka Anda harus mulai berpikir bahwa Anda sukses, dan mengisi penuh pikiran Anda dengan kesuksesan.
~ D r. Joyce Brothers ~

Be what it is that you are seeking.

Jadilah apapun itu yang sedang Anda cari. Bila Anda ingin sehat, hiduplah dengan sehat. Bila Anda ingin bahagia, hiduplah dengan bahagia. Bila Anda ingin kaya, hiduplah seperti orang kaya, yang tidak takut berbagi semua "harta"-nya dengan siapa saja.
~ D r. Wayne Dyer ~


The service we render others is the rent we pay for our room on earth.

Pelayanan dan semua kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain itu adalah uang sewa yang kita bayarkan untuk mendapat kesempatan hidup di dunia ini.
~ W ilfred Grenfell ~


Every new day is an opportunity to balance the sheet; a new opportunity to put your act right! Thank God for every new day, rather than just for Friday.

Setiap hari baru memberi kita kesempatan untuk membuka lembaran baru kehidupan kita; kesempatan untuk memperbaiki semua yang masih kurang; kesempatan untuk berbuat yang terbaik. Jadi ucapkan "Terima kasih Tuhan" setiap hari, bukan hanya pada hari Jumat (akhir pekan).
(Ini untuk memberi masukan atas kebiasaan manusia mengatakan "Thank God It's Friday" atau "TGIF" karena mereka gembira dengan datangnya akhir pekan setelah seminggu bekerja keras.)
~ A uthor Unknown ~


There is no such thing in anyone's life as an unimportant day.

Tidak ada yang namanya hari yang tidak penting dalam kehidupan manusia ini. Setiap saat berharga.
~ A lexander Woollcott ~


What would life be if we had no courage to attempt anything?

Apa jadinya kehidupan ini bila kita tidak ada yang berani mencoba melakukan sesuatu apapun yang baru?
~ V incent Van Gogh ~

It's what you learn after you think you know it all that makes a difference.

Satu hal yang membuat perbedaan besar dalam hidup Anda adalah menemukan pelajaran baru dari apa yang selama ini Anda pikir sudah Anda ketahui semua. Kesadaran bahwa tidak ada sesuatu yang final di dunia ini, bahwa ternyata Anda harus terus belajar karena tidak mungkin Anda bisa tahu semua, ini-lah yang akan membuka kesuksesan lebih besar lagi dalam hidup Anda.
~ R alph Lynn ~

The difference between great people and everyone else is that great people create their lives actively, while everyone else is created by their lives, passively waiting to see where life takes them next. The difference between the two is the difference between living fully and just existing.

Satu-satunya perbedaan antara orang-orang besar dengan orang kebanyakan adalah bahwa orang besar mengambil peran aktif dalam membentuk kehidupan mereka, mereka mendefinisikan apa impian mereka dan melakukan upaya untuk meraihnya.
Sementara orang kebanyakan dibentuk oleh kehidupan mereka. Mereka ini menunggu saja dengan pasif kemana kehidupan ini akan membawa mereka selanjutnya.
Perbedaan di antara kedua golongan ini adalah golongan pertama benar-benar hidup, sementara golongan kedua hanya sekedar hidup apa adanya.
~ M ichael Gerber ~


We are all faced with a series of great opportunities brilliantly disguised as impossible situations.

Kita semua selalu dihadapkan pada ribuan kesempatan emas yang tersamarkan dengan baik oleh kesulitan.
Dengan kata lain, di balik segala jenis masalah yang menghadang kita, sebenarnya terdapat banyak sekali kesempatan emas untuk kehidupan sukses kita.
~ C harles Swindoll ~

You cannot control what happens to you, but you can control your attitude toward what happens to you, and in that, you will be mastering change rather than allowing it to master you.

Semua yang terjadi pada kita ada di luar kendali kita. Tetapi kita bisa mengontrol reaksi dan sikap kita terhadap kejadian tersebut, apakah kita menanggapinya dengan positif atau negatif.
Dan dengan kemampuan kita mengendalikan sikap dan reaksi kita ini, berarti kita mampu mengendalikan situasi hidup dan bukan sebaliknya, dikendalikan oleh segala sesuatu di luar kita.
~ B rian Tracy ~


Those who wait to do a great deal of good at once will never do anything. Life is made up of little things. True greatness consists in being great in the little things.

Mereka yang menunggu sampai memiliki kemampuan untuk melakukan semua kebaikan besar pada saat bersamaan akan berakhir dengan tidak pernah melakukan apa-apa. Karena kehidupan ini terbentuk dari hal-hal kecil. Karena kesuksesan sejati terbentuk dari kemampuan kita melakukan dengan baik hal-hal kecil tersebut.
~ S amuel Johnson ~


Great lives are the culmination of great thoughts followed by great actions.

Hidup yang besar, kehidupan yang sempurna, adalah kulminasi atau puncak dari semua pikiran-pikiran besar, yang diikuti dengan tindakan-tindakan besar pula.
~ P eter Sinclair ~

There are two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle.

Ada dua cara menjalani kehidupan ini. Satu, menjalani hidup serasa tidak ada keajaiban dalam hidup ini. Yang kedua, adalah menjalani hidup seolah-olah segala sesuatunya adalah keajaiban, mukjizat di mana-mana.
~ A lbert Einstein ~

Menggunakan bahasa yang baik dan benar

BAGAIMANAKAH BAHASA YANG BAIK DAN BENAR ITU???


Bahasa Indonesia memiliki kaidah ejaan dan pembentukan istilah yang sudah distandarkan, kaidah pembentukkan kata yang sudah tepat itu dianggap sudah baku, namun dalam pelaksananya(kehidupan sehari-hari) patokan itu belum mantap. Masih banyak orang yang bertanya-tanya berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu yang bagaimana?????????

Orang yang berbahasa, dengan maksud hati mencapai sasrannya, apapun jenisnya dianggap sudah berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik dan benar. Bahasa ynag harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam kegiatan tawar-menawar dipasar misalnya penggunaan ragam bahasa baku hanya akan menimbulkan keheranan dan kegelian. Oleh karena itu mungkin saja kita berbahasa yang baik tapi belum tentu benar. Anjuran agar kita berbahasa yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasrannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.

BAHASA INDONESIA MENDUDUKI TEMPAT TERKEMUKA

Oleh Puji Triasih

Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terutama di Nusantara. Kesadaran berbahasa Indonesia dicetuskan pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan kesadaran nasional yang mendalam. Bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang lain. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti patokan, jumlah penutur, luas penyebaran dan perananya sebagai seni sastra, sarana ilmu dan ungkapan budaya.

Sebagai bahasa ibu, penutur bahasa Indonesia memasyarakat sekali di Nusantara. Kedudukannya yang lebih penting dari bahasa daerah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan bahasa kebangsaan.


Saatnya kita kali ini mempermudah diri memahami isi sebuah buku dengan bahasa kita sendiri. Rangkuman baca diantaranya ataupun catatan-catatan kecil tentang isi buku akan lebih memudahkan diri kita megerti apa yng ada dalam buku tersebut. Ada dua buah buku yang saya sajikan milik Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo yaitu, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya dan Prinsip-Prinsip Kritik Sastra.


1. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya Karya Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo

Buku ini dimaksudkan untuk menanggapi atau mengantisipasi masuknya teori-teori sastra dan kritik sastra yang baru. Disamping itu juga untuk menanggapai kesusastraan Indonesia sendiri, terutama kesusastraan Indonesia modern. Pada saat ii sangat perlu adanya pemahaman terhadap kesusastraan Indonesia modern secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu adanya penyusunansejarah sastra Indonesia modern, yang pada waktu itu sudah berusia 75 tahun sejak lahirnya sekitar tahun 1920. berdasarkan alasan ini Rachmat Joko menulis buku tentang teori dan metode penyusunan sejarah sastra, maka didalam buku ini disajikan tulisan ‘Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia’.  Menurut Pradopo (2005:3) teori-teori dan metode kritik sastra Indonesia itu bermacam-macam, yang semuanya untuk konkretisasi dipandang dari sudut pandang teori tertentu. Oleh karena itu dalam buku tersebut tidak semua teri sastra dan kritik sastra dapat dipaparkan. Yang menjadi utamanya adalah teori sastra dan kritik sastra strukturalisme dan semiotik serta teori dan metode estetika resepsi yang sekarang sedang banyak dipelajari dalam kritik sastra ilmiah.
Adapun hal-hal yang dibahas dalam buku “Beberapa Teori Sastra, metode kritik dan Penerapannya” adalah:

1.Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia.

Ada dua masalah yang harus dibahas dalam bagian ini. Pertama, masalah angkatan sastra dan yang kedua akan dibahas masalah penulisan sejarah sastra Indonesia. Yang pada intinya, masalh angkatan itu tak lepas kaitannya dengan penulisan sejarah sastra Indonesia, atau penulisan sejarah sastra Indonesia tak dapat mengesampingkan pemecahan masalah angkatan dalanm sastra Indonesia.

2.Sejarah Puisi Indonesia Modern: Sebuah Ikhtisar.

Pada umumnya sampai sekarang, yang dianggap sebagai tahun lahirnya kesusastraan Indonesia modern adalah tahun1920,tahun terbitnya (ditulisnya) roman Azab dan Sengsara (1921) oleh Merari Siregar. Sedangkan sajak Indonesia modern yang pertama adalah sajak “Tanah Air” yang ditulis oleh M. Yamin. Jadi sesungguhnya lahirnya kesusasraan Indonesia modern itu bukan hanya ditentukan oleh sastra prosa saja melainkan juga sastra puisi dalam Rosidi (1964:7).

3.Perkembangan yang Dialektis dalam Kesusastraan Indonesia Modern.

Dalam tahun 1980an, selama satu dekade, karya-karya sastra yang menampilkan latar sosial budaya daerah makin berkembang seperti tampak dalam karya-karya Linus Suryadi Ag dan Darmanto Jt. Adapula dalam novel-novel Y.B. Mangun Wijaya Burung-Burung Manyar dan Roro Mendut.





4.Pusat Pengisahan Metode Orang Pertama dan Perkembangn Dalam Roman dan Novel Indonesia Modern

Dalam bagian ini diuraikan pusat pengisahan metode orang pertama dan perkembngannya dalam novel dan roman Indonesia modern. Untuk menguraikan perkembangan itudipilih roman dan novel Indonesia modern yang menunjukkan adanya pusat pengisahan orang pertama dan perkembangannya. Roman dan novel yang menjadi sampel dalm bagian ini adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah, Atheis, Girah untuk Hidup dan Untuk Mati, Olenka, Priyayi dll.

5.Kritik Sastra Indonesia Modern dan Perkembangannya.

Untuk menafsir, menganalisis dan menilai karya sastra adalah arientasi karya sastra yang menentukan arah atau corak kritik sastra. Orientasi karya sastra itu berdasarkan keseluruhan situasi karya sastra: alam (kehidupan) pembaca, penulis dan karya sastra. Berdasar hal itu ada empat orientasi, yaitu, mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif.

6.Konkretisasi sastra.

Istilah pemberian makna dalam sastra disebut konkretisasi. Dalm analisis karya sastra itu diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya sastra yang utuh. (Hawkes, 1978:16) disamping itu sebuah struktur kemampuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan diantaranya dengan keseluruhannya.

7.Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik.

Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik sesungguhnyamerupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme(Junus,1981:17) bahwa semiotk itu merupakan lanjutan atau perkembangan strukturalisme.

8.Analisis Puisi Secara Struktural dan Semiotik.

Untuk menganalisis struktur sistem tanda perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itusendiritidak akan tertangkap.





9.Hubungan Intertekstual dalam Sastra donesia.

Intertekstual hanya dapat dipahami dengan baik sesudah bagaimana wujud kritik sastra dan perdebatannya sepanjang sejarahkritik sastra. Dalam bagian ini pertama kali diuraikan mengenai wujud kritik dan perdebatannya.

10.Hubungan Iintertekstual dalm Roman-Roman Balai Pustaka.

Dalam hal ini makna karya sastra tidak semata-mata ditentukan oleh sruktur instrinsiknya saja, melainkan juga ditentukan oleh latar sosial budaya dan kesejarahannya.

11.Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya.

Yang dimaksud estetika resepsi adalah estetika(ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. Dari dahulu sampai sekarang karya sastra itu selalu mendpat tangapan-tanggapan pembaca, baik secara perseorangan mauapun secara bersama-sama atau massal.

12.Tinjauan Resepsi Sastra Beberapa Sajak Chairil Anwar.

Karena sebagai pentair yang sangat penting karena sajk-sajaknya, maka drai waktu ke waktu sajak-sajaknya selalu mendapat tanggapan dari para pembaca sastra termasuk para kritikus, tanggapan tersebut bermacam-macam berdasarkan horizon jawaban masing-masing pembaca atau horizon harapan pembaca pada tiap periode.

13.Tanggapan Pembaca Terhadap Belenggu.

Melalui tanggapan pembaca dari waktu ke waktu ini maka karya sastra lebih terungkap dan nilai sastranyapun dapat ditentukan dengan lebih baik. Belenggu dari waktu ke waktu selalu mendapat tanggapan yang berbeda, bahkan juga pada waktu terbitnya(1940). Menurut Mr. Dajoh dalam Pradopo(2005: 236) Belenggu adalah buku modern, bahkan paling modern, amat baru penyajian isinya, disamping itu juga amat baru bentuk gambaran mengenai masyarakatnya dan kehidupan yang digambarkan pengaranganya.

2. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra Karya Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo

Dalam bukunya prinsip-prinsip kritik sastra Rachmad Joko Pradopo menjabarkan beberapa teori kritik sastra dan pelaksanaanya dalam kritik sastra modern. Pada awal-awal buku diulas tentang apa, bagaimana, seperti apa,hingga bentuk-bentuk kritik sastra. Adapun karya sastra yang dikritik dalam buku ini cukup banyak sekali. Seperti H.B Jasin, Amal Hamzah, Ajip Rosidi, J.U Nasution, Junus Amir Hamzah, Boen Oemajati, dan M.S. Hutagalung. Di dalam buku yang setebal 211 halaman ini banyak sekali mengulas serta membicarakan karya sastra yang bersangkut paut soal penilaian. Menurut Rachmat Joko Pradopo sendiri, kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan, baik-buruknya karya sstra, bernilai seni atau tidaknya.
Sedangkan seorang kritikus menurut Rachmat Joko Pradopo sendiri adalah “hakim” harus berpegang teguh pada kebenaran juga kejujuran karena ia haruslah adil. Jadi dalam menilai ia haruslah objektif dan dapat melepaskan perasaan senang dan tidak senangnya. Ia hanya mencari kebenaran, tidak menambah-nambah, tidak pula menguranginya bila baik dikatakan baik, dengan alasan dan sandaran-sandaran yang dapat diterima akal dan budi manusia.

Pada pokoknya kritik sastra mempunyai tiga kegunaan diantaranya; pertama, berguna bagi ilmu sastra sendiri, kedua bagi perkembangan ilmu kesusastraan dan yang ketiga berguna bagi masyarakat pada umumnya yang mengininkan penerangan dalam karya sastra. Sedangkan menurut bentuknya kritik sastra terbagi menjadi kritik teori, kritik praktik dan kritik terapan. Kemudian jika dilihat dari pelaksanaanya, kritik oleh Abrams dibagi menjadi kritik judisial, dan kritik immpresionistik. Sedangkan berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra Abrams membagi kritik sastra kedalam empat tipe. Kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif.

Dari sini terlihat betapa pentingnya kritik sastra itu, apalagi dalam kesusastraan Indonesia yang masih muda. Selain itu kritik sastra berguna pula untuk menyusun ilmu sastra, berguna pula untuk para penulis muda yang sedang memperkembangkan bakatnya. Sangat menyenangkan apabila khasanah sastra Indonesia bertambah dengan terbitnya buku semacan prinsip-prinsip kritik sastra karya Rachmad Joko Pradopo.



Menulis itu Hobbi

Menulis itu merupakan ketrampilan yang dapat membuahkan hasil. Menguntungkan secara spiritual maupun komersial. Menulis itu tidak sama dengan mengarang. Tidak semua orang dapat mengarang, kerena untuk menjadi pengarang, diperlukan bakat. Tetapi untuk menulis, orang yang mau mencoba dan melatih dirinya, pasti dapat menulis.

Modal yang diperlukan pertamanya adalah kemampuan berbahasa. Setiap orang yang dapat berbahasa dengan baik, dengan memperhatikan penggunaan bahasa sehari-hari, berarti mengasah pikirannya dengan disiplin berbahasa. Dengan berbahasa yang sederhana seseorang dapat mengungkapkan pikirannya dan menulisakan buah pikirannya dengan tahap demi setahap, dan akhirnya lancar seperti ia berbicara dengan ornag lain.

Menulis dan menulis. Keterampilan ini harus diulang-ulangi harus dilatih dari waktu kewaktu dan haruslah diasah terus menerus. Kebosanan haruslah dihalau, rasa malas harus ditinggalkan dan sifat rajin harus dipupuk. Andaikata anda menemukan suatu kegagalan, misalnya tulisan anda ditolak oleh surat kabar atau majalah tertentu, janganlah lekas kecewa. Penolakan itu harus diterima dengan hati yang terbuka dan menjadi pecut untuk maju kedepan. Layaknya anda ditolak seorang cewek ketika menembaknya dengan kata-kata cinta maka apakah mungkin anda akan mundur begitu saja. Teruslah bergerilya agar sang cewek dapat melihat usaha anda yang benar-benar jatuh cinta padanya.
Ketika keterampilan ini telah anda bina dan sudah muncul. Anda tak akan bosan-bosannya. Karena kegagalan akan mendorong anda untuk berkreasi jadi lebih mantap, meski sekedar hobi yang menyengkan yang sekaligus memperkaya batin dan mendatangkan duit bagi anda.
Anda bisa mencoba dan selamat menulis. Kepuasan yang terutama dari hobbi ini ialah dengan tersebarnya ide anda maka anda akan merasa semakin dihargai.